15 Juli 2009

Menggenggam Harapan.

Sepasang suami istri menggelar dagangannya di trotoar jalan.
Saat itu petang turun terburu-buru. Lampu jalan tak cukup
terang menerangi dagangan mereka. Di kanan kiri tumpukan
puing-puing bongkaran pasar mengepung. Di depan, berlalu-lalang
kendaraan dan langkah-langkah cepat. Siapa pula yang tertarik
membeli? Namun, mereka berdua silih berganti menyapa dan
menawarkan dagangan. Kaos anak warna-warni, setangan sebungkus
tiga, rok kecil, dan entah apalagi. "Wahai suami istri pedagang,
mengapa kalian yakin ada yang membeli dagangan itu. Bagaimana
kalian bisa menjajakan barang di keremangan dan keriuhan
seperti ini?"

"Kami tak kehilangan harapan," begitu jawabnya. "Itulah satu-
satunya kekuatan kami. Kami tak tahu apa dan bagaimana
membesarkan usaha ini, namun kami tahu harapan takkan pernah
meninggalkan mereka yang menggenggamnya." Berterima kasihlah
pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan
harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang
menahan langit dari keruntuhan. Mereka peredup terik mentari
kehidupan yang adakalanya terasa panas membakar.


***************************************************************

Tahukah Anda.


Sylvan N.Goldman dari Oklahoma City, Amerika Serikat, adalah
seorang pemilik dua toko swalayan kecil di kotanya. Ia sering
mengamati, bahwa keranjang yang disediakan kerap membuat
pembeli hanya membeli sedikit barang. Setelah keranjang penuh,
pembeli segera menuju kasir dan pulang. Tentu saja Goldman
ingin agar pelanggan tokonya membeli lebih banyak lagi barang,
tapi bagaimana caranya?

Untuk itu Goldman mendesain dan menciptakan kereta belanja
pertama di tahun 1937. Penemuannya ini ternyata terbukti dapat
meningkatkan omzet penjualan, dan akhirnya ditiru penggunaannya
oleh toko-toko swalayan di seluruh dunia. Saat ini kereta
belanja adalah kendaraan roda empat paling banyak di muka
bumi setelah mobil.


***************************************************************

Kata Bijak Hari Ini.


Semakin tua, semakin aku menyadari dampak dari sikapku terhadap
diriku sendiri. Sikap, menurutku, lebih penting daripada fakta,
lebih penting daripada masa lalu, daripada pendidikan, daripada
uang, daripada lingkungan, daripada kegagalan, daripada
keberhasilan, daripada apa yang orang lain pikirkan, katakan,
atau lakukan. Lebih penting daripada penampilan, hadiah,
ataupun ketrampilan. Sikaplah yang membangun atau menghancurkan
perusahaan, rumah ibadah, ataupun rumah. (Charles Swindoll)

***************************************************************

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com